Dikisahkan, pada suatu hari Nabi Sulaiman Alaihissalam melakukan perjalanan ke daerah Thaif. Dalam perjalanan itu, beliau membawa pasukan yang sangat banyak.
Pasukan itu terdiri atas manusia, jin, dan burung-burung. Para jin dan manusia berjalan bersama Nabi Sulaiman Alaihissalam. Sedangkan, burung-burung terbang menaungi mereka dengan sayapnya.
Nabi Sulaiman Alaihissalam juga mengatur pasukannya. Di bagian depan bertugas menjaga agar tidak ada yang melewati batas yang telah ditentukan.
Pasukan di belakang bertugas menjaga agar tak ada seorang pun anggota pasukan yang ketinggalan. Di tengah perjalanan, Nabi Sulaiman Alaihissalam dan pasukannya memasuki sebuah lembah.
Di lembah itu ada banyak sarang semut. Melihat banyaknya pasukan yang dibawa Nabi Sulaiman Alaihissalam, para semut pun ketakutan. Mereka khawatir terinjak-injak pasukan besar itu.
Dalam kisah, nama Ratu Semut itu bernama Jirsan. Jirsan adalah Ratu Semut yang berasal dari Bani Syishibban. Berkatalah Ratu Semut kepada rakyatnya,
”Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” (QS an-Naml: 18). Ini mengandung makna sayangnya ratu semut agar rakyatnya tidak menderita. Dia rela menderita asal rakyatnya senang.
Nabi Sulaiman Alaihissalam kemudian meminta pasukannya untuk berhenti. Para pasukan yang tak mengerti maksudnya menjadi kebingungan dan bertanya-tanya.
Nabi Sulaiman Alaihissalam menjelaskan apa yang beliau dengar dari Ratu Semut dan rakyatnya. Akhirnya, mereka mencari jalan lain untuk sampai ke tujuan agar tidak menyakiti para semut.
Kisah ini diambil dari kitab Qashasul Anbiya’ karya Ibnu Katsir. Walaupun begitu, ia tidak pernah lupa bahwa segala kekayaan, ilmu, dan keistimewaan yang beliau miliki berasal dari Allah SWT. Nabi Sulaiman Alaihissalam tidak pernah lupa mensyukuri apa yang telah Allah SWT berikan kepadanya.
Beliau bahkan berdoa agar Allah SWT terus melimpahkan rasa syukur kepadanya. Nabi Sulaiman Alaihissalam dapat memahami rasa takut dan khawatir yang dialami para semut. Karenanya, ia kemudian mengajak pasukannya untuk mencari jalan lain.
Para semut pun akhirnya selamat. Karena kebijaksanaannya itu, para semut pun kagum dan hormat kepada Nabi Sulaiman Alaihissalam.
Kisah tentang binatang di dalam Alquran itu banyak. Di antaranya dalam surat Al Baqarah (sapi betina). Al Ankabut (Laba-laba), An Nahl (Lebah), An Naml (semut). Ada juga (Az-Zariyat) kuda perang, unta, lalat, burung, anjing, keledai, katak, kutu, babi, serigala, gajah, nyamuk, paus, dan ular. Dibalik semua itu ada hikmah dan pelajaran untuk kita sebagai orang yang beriman.
Pelajaran penting dari kisah Nabi Sulaiman Alaihissalam dan Ratu Semut ini adalah jauhi kesombongan karena kesombongan akan menjauhkan dari kebijakan. Nabi Sulaiman Alaihissalam dan Ratu Semut yang sangat sayang kepada rakyatnya menjadi pelajaran dan inspirasi kepada para penguasa untuk lebih mengedepankan kepentingan rakyatnya.
Mensyukuri nikmat Allah adalah pelajaran penting yang dicontohkan oleh nabi Sulaiman Alaihissalam. Walaupun beliau banyak keistimewaannya tetapi tetap tawadhu kepada Allah, selalu mendoakan orang tuanya, Nabi Daud Alaihissalam dan tidak menampakkan kesombongan. Di samping itu dalam kisah ini mengandung pesan janganlah menyakiti binatang terutama semut, karena binatang juga makhluk Allah yang perlu dilindungi.
Maka, pesan yang dapat kita ambil adalah, bersyukurlah kepada Allah setiap kita melihat binatang walaupun binatang itu terlihat menjijikkan. Suatu kali ada kisah ketika seorang wali Allah berjalan-jalan kemudian melihat seekor anjing yang sakit dan jelek banyak kurapnya, dan orang itu berkata secara tidak disadari, “Anjing kok jelek sekali.”.
Dengan kuasa Allah anjing itu bisa berbicara dan mengatakan, “Wahai orang tua, aku adalah makhluk Allah yang diciptakan Allah dan tak pernah mengeluh, Apa yang Allah berikan kepada saya, maka saya makan dengan berterima kasih kepada Allah karena aku termasuk makhluk Allah yang pandai bersyukur.” Mendengar jawaban anjing itu, sang wali Allah sadar dan minta maaf kepada anjing dan sejak itu, ia tak pernah lagi menyakiti binatang walaupun hanya dengan ucapan.
Demikianlah materi tentang kisah Nabi Sulaiman Alaihissalam dan Ratu Semut yang sangat sayang kepada rakyatnya. Nabi Sulaiman Alaihissalam yang diberi beberapa kelebihan oleh Allah tetapi sebagai hamba Allah, beliau tetap tawadhu dan pandai bersyukur. Ada tujuh pelajaran dalam kisah ini mudah-mudahan dapat memberi pencerahan khususnya kepada pribadi penulis dan umumnya kepada pembaca yang budiman.